ilustrasi : ayah dan anak |
Kurangnya figur seorang ayah dikarenakan
ayahnya terlalu sibuk mencari uang sehingga ada anak yang mengatakan “aku gak butuh
uang, aku butuh papah disini” anak-anak yang seperti itu biasanya tidak karuan.
Pengasuhan adalah hak anak yang wajib dipenuhi oleh
orang tuanya. Hal ini mengingat bahwa anak lahir ke dunia tidak dapat memilih
siapa orang tuanya. Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014
tentang perubahan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
disebutkan sebagai berikut : Pasal 14 ayat 1 dijelaskan setiap anak berhak
untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan
hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik
bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.
Hasil penelitian yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) tahun 2015 menunjukkan bahwa kualitas pengasuhan dalam
kualitas pendidikan ayah sangat sedikit (27,9%), ibu lebih berperan (36,9%).
Sedangkan kulitas bersama anak beda tipis, ayah biasaya dibantu orang lain
(kakek, saudara, tetangga), kalau ibu tidak. Ibu lebih mempunyai banyak waktu
dari ayah, ibu lebih besar porsinya. Jadi kesimpulannya, ibu selalu dominan
disetiap proses padahal sebenarnya (peran ayah) penting sekali.
Pada
penelitian yang lain menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI) pada tahun 2017, keterlibatan
ayah dalam pengasuhan secara langsung masih terkategori rendah yaitu berada
pada kisaran 26,2 persen. Pada umumnya, ayah hanya berperan sebagai
pencari nafkah utama
bagi keluarga, padahal keterlibatan ayah secara aktif dalam pengasuhan
perlu dijadikan sorotan utama (Barbeta-ViƱas & Cano, 2017). Hal ini
disebabkan karena ayah dengan keterlibatan pengasuhan yang tinggi mampu untuk
meningkatkan kemampuan anak pada berbagai dimensi tumbuh kembang anak.
Perlunya interaksi positif antara ayah dan anak
Sebuah survei yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
tahun 2015 menunjukkan bahwa peran ayah dalam pendidikan anak masih rendah.
Kualitas pengasuhan anak oleh ayah hanya berkisar 3,8 dari 5. Rendahnya
kualitas pengasuhan dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya
sosok ayah dalam pendidikan anak-anaknya. Secara kuantitas, waktu ayah bersama
anak hanya 1 jam per hari. Alasan yang dikemukakan umumnya karena ayah sibuk
bekerja atau berada jauh dari rumah. Padahal dengan kecanggihan teknologi saat
ini, jarak dan kesibukan tentunya bukan halangan. Yang mungkin juga kita temui
saat ini, ada beberapa ayah yang setiap hari bersama anaknya tetapi kurang
berinteraksi positif.
Contoh:
Seorang ayah bekerja di luar kota. Dia bisa
memanfaatkan fasilitas video call dan telepon untuk berkomunikasi dengan
anak-anaknya di rumah. Menanyakan PR atau hanya sekadar menanyakan kegiatan
anaknya di sekolah. Hal seperti ini akan sangat berharga bagi diri anak,
terutama merasa diperhatikan.
Pengaruh kualitas dan
kuantitas pengasuhan Ayah
Rendahnya kualitas dan kuantitas pengasuhan yang
dilakukan Ayah terhadap anaknya mempengaruhi banyak hal. Bagaimanakah dampaknya
terhadap diri anak jika ayah kurang berperan dalam pendidikan anaknya?
Sebuah riset menunjukkan hasil yang mencengangkan,
seorang anak tanpa kehadiran ayah dalam kehidupannya akan : 63% anak akan
mengalami masalah psikologi. Seperti sering merasa gelisah, suasana hati yang
labil, fobia dan bahkan depresi. 56% memiliki daya tangkap di bawah rata-rata
(pemahaman terhadap sesuatu hal rendah). 43% anak justru menjadi agresif
terhadap orang tua bahkan orang lain.
Peran Ayah dalam pendidikan
anaknya
Begitu pentingnya peran Ayah dalam pendidikan anaknya,
sangat disayangkan jika seorang ayah tidak bisa hadir sebagai sosok yang
dibutuhkan anak dalam tumbuh kembangnya. Secara spesifik bagaimana sebenarnya
peran seorang ayah dalam pendidikan anak itu?
Kolaborasi Ibu dan Ayah dalam mendidik anaknya sangat diperlukan.
Ibu adalah seorang pendidik terbaik, dan ayah adalah role model bagi
anak-anaknya. Maka kita kadang heran, ibu sudah mendidik dengan penuh kasih
sayang, anak masih berperilaku kurang baik, ternyata mereka melihat ayahnya
melakukan hal-hal yang dilakukannya. Sebagai peniru, anak tentu belum
memikirkan dampak dari perilakunya. Mereka hanya meniru, maka sebagai ayah kita
harus berhati-hati.
Menurut praktisi pendidikan Najelaa Shihab, ada empat
peranan ayah dalam keluarga:
1.
Player (teman bermain)
Sebagai
player, ayah menjadi teman bermain bagi anak-anaknya. Permainan membuat anak
merasa nyaman dan menjadi sarana membangun ikatan. Semakin sering ayah bermain
dengan anak, biasanya semakin berkualitas mental anak.
2.
Teacher (sebagai pendidik dan pengasuh)
Seorang
ayah yang baik juga harus bisa berperan sebagai guru. Guru itu berarti sumber
pengetahuan anak. Peran penting ayah sebagai guru bukan hanya untuk mentransfer
pengetahuan, tetapi juga untuk memelihara rasa keingintahuan anak.
Bidang-bidang yang biasanya dikuasai Ayah dan lebih baik dari Ibu adalah
pelajaran ABCD (Ally/sekutu, Boundaries/batas, Challenge/tantangan,
Dreams/mimpi)
3.
Protector (pelindung)
Setiap
ayah pasti memiliki naluri untuk melindungi anaknya sejak lahir. Tetapi fungsi
Ayah sebagai pelindung bukan hanya itu. Justru yang terpenting adalah
mengajarkan anak-anak untuk melindungi dirinya sendiri karena orang tua tidak
mungkin Bersama mereka setiap waktu. Sebagai pelindung, Ayah perlu menjadi Spy,
dalam arti berusaha mengenali dunia anak : mengetahui apa kesukaannya, apa yang
dibencinya, teman-teman dekatnya, dan dunia yang ditekuni anak. Semakin ayah
mengetahui dunia anak, semakin mudah menjalin komunikasi dan koneksi dengan
mereka. Sebaliknya, semakin Ayah tidak mengetahui dan asing dengan dunia yang
sedang disenangi anak, semakin jauh hubungan ayah dan anak.
4.
Partner (mitra)
Sebagai
partner, fungsi ayah bukanlah mendukung ibu dalam pengasuhan anak, tetapi equal
partner. Artinya Ayah memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dengan Ibu.
Sebagai partner, Ayah tidak boleh hanya
berharap dan bergantung pada Ibu, tetapi juga terlibat aktif. Ayah juga
memiliki hak untuk bermain bersama anak, tak hanya berfungsi sebagai “bad cop”
untuk menakut-nakuti anak.
Karena Ayah dan Ibu adalah partner, maka
peraturan rumah tangga pun perlu disepakati dan tidak boleh berseberangan. Ayah
dan Ibu perlu punya suara sama. Jika Ayah mengatakan tidak, Ibu juga mengatakan
yang sama. Demikian sebaliknya.
Bukan hanya itu, peran ayah dalam pendidikan anaknya meliputi:
1. Pola asuh ayah mempengaruhi pola
pikir, sikap, dan perilaku anak.
2. Sosok ayah akan menghadirkan
beberapa karakter terutama tentang tanggung jawab, kewibawaan, sikap sosial,
empati, dan simpati.
3. Sosok ayah merupakan motivator
terbaik anak. Kehadirannya menjadi penyemangat tersendiri dalam diri anak.
4. Kehadiran ayah akan memberikan
rasa nyaman dan tenang.
5. Sosok anak yang sebagai peniru
terbaik bisa saja meniru ayahnya terutama dalam perilaku dan kegemaran.
Kehadiran ayah dalam kehidupan anak, ternyata punya
makna yang besar sekali. Hal ini karena ayah mengambil peran yang berbeda
dengan ibu dalam kehidupan anak:
1.
Kasih ibu bersifat tidak bersyarat sedangkan Cinta Ayah lebih bersifat
kualitatif dan melekat pada performance anak.
2.
Ibu kuatir tentang bagaimana bayinya bisa bertahan hidup sedangkan Ayah
berpikir bagaimana anaknya dapat menghadapi masa depan.
3.
Ibu men-disiplin anak-anak waktu demi waktu sedangkan Ayah mendisplin
anak dengan peraturan.
4.
Dari ibu, anak belajar segi emosinya sedangkan dari Ayah, anak belajar
untuk hidup di tengah masyarakat.
5.
Ibu memberitahukan anak-anak untuk hati-hati ini dan itu didalam bermain
sedangkan Ayah justru mendorong anak untuk berani mencoba sesuatu yang baru.
Jadi, dari keberbedaan kualitatif antara apa
yang dilakukan Ibu dan Ayah terhadap anaknya tersebut di atas, menunjukkan
betapa pentingnya kehadiran Ayah di tengah-tengah anaknya. Buku “Five Key
Habits of Smart Dads” menunjukkan riset yang dilakukan terhadap anak-anak yang
dibesarkan tanpa adanya peran ayah di tengah kehidupannya cenderung mempunyai
beberapa kekurangan psikologis antara lain berupa:
1.
Kepercayaan diri sendiri yang rendah.
2.
Tidak mempunyai kepedulian sosial yang baik.
3.
Sulit untuk menyesuaikan diri untuk keadaan tertentu.
4.
Resiko yang lebih tinggi untuk perkembangan masalah psiko-seksual.
Hal yang bisa dilakukan Ayah
Melihat pentingnya peranan ayah dalam keluarga terutama
dalam pendidikan anak, bagaimana seharusnya atau apa yang perlu dihimbau kepada
ayah saat ini?
Ada sisi yang bisa saja tidak dimiliki
seorang ibu untuk anaknya ketika berkomunikasi. Karena itu
sosok ayah haruslah bisa membangun komunikasi yang baik. Harapannya bahwa sosok
ayah bisa mengenali sisi emosi yang besar terhadap anak. Maka dari itu sosok
ayah harus juga bisa mengendalikan emosi yang besar dalam dirinya untuk
menghadapi anak dengan berbagai macam masalah yang ada. Jangan mudah untuk
ringan tangan atau memukul, manfaatkan keadaan emosi yang besar agar bisa
mengenali sisi emosi anak. Membantu anak lebih percaya diri, menanamkan
nilai-nilai hidup, dan memberikan nilai-nilai sosial.
Dalam membangun kecerdasan emosional anak,
peran ayah juga sangat diharapkan. Komunikasi yang terjalin dengan baik bisa
memberikan manfaat yang baik terhadap anak.
Menurut (Ayah Irwan Rinaldi-penggiat keayahan),
mendekatkan diri pada anak dapat dilakukan oleh Ayah dengan beberapa cara berikut:
1. Meluangkan waktu yang cukup
untuk keluarga.
2. Bermain dengan anak.
3. Memberikan keteladanan
dengan bijaksana.
4. Mengakui kesalaha, meminta
maaf dan mengucapkan terima kasih kepada anak.
5. Menjadi penyemangat dan
pendukung anak.
6. Menjadi pendengar yang baik
jika anak mengutarakan permasalahannya.
7. Menghindari Tindakan kasar
yang merugikan fisik dan psikologi anak.
8. Mengajak anak untuk
berolahraga dan tamasya.
9. Kenali siapa teman anak
anda.
10. Mendidik anak lewat
permainan dan tanya jawab.
#penulis
adalah Mahasiswa S2 Pendidikan Biologi FKIP UNMUL Angkatan 2022