Senin, 26 September 2022

PERAN AYAH DALAM PENDIDIKAN ANAK

ilustrasi : ayah dan anak


Selama beberapa tahun terakhir peran Ayah sebagai pemimpin keluarga semakin luntur dengan padatnya kegiatan untuk mencari nafkah. Istilah “ATM berjalan” pun sering kita dengar bersanding dengan sosok ayah yang kehilangan waktunya dalam kepemimpinan keluarga. Ayah sudah merasa puas hanya  memberikan “uang” tapi tidak memikirkan tumbuh kembang sang buah hati.

Kurangnya figur seorang ayah dikarenakan ayahnya terlalu sibuk mencari uang sehingga ada anak yang mengatakan “aku gak butuh uang, aku butuh papah disini” anak-anak yang seperti itu biasanya tidak karuan.

Pengasuhan adalah hak anak yang wajib dipenuhi oleh orang tuanya. Hal ini mengingat bahwa anak lahir ke dunia tidak dapat memilih siapa orang tuanya. Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak disebutkan sebagai berikut : Pasal 14 ayat 1 dijelaskan setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.

Hasil penelitian yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2015 menunjukkan bahwa kualitas pengasuhan dalam kualitas pendidikan ayah sangat sedikit (27,9%), ibu lebih berperan (36,9%). Sedangkan kulitas bersama anak beda tipis, ayah biasaya dibantu orang lain (kakek, saudara, tetangga), kalau ibu tidak. Ibu lebih mempunyai banyak waktu dari ayah, ibu lebih besar porsinya. Jadi kesimpulannya, ibu selalu dominan disetiap proses padahal sebenarnya (peran ayah) penting sekali.

Pada penelitian yang lain menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)   pada tahun 2017, keterlibatan ayah dalam pengasuhan secara langsung masih terkategori rendah yaitu berada pada kisaran 26,2 persen. Pada umumnya, ayah hanya berperan sebagai pencari  nafkah  utama  bagi  keluarga,  padahal keterlibatan ayah secara aktif dalam pengasuhan perlu dijadikan sorotan utama (Barbeta-ViƱas & Cano, 2017). Hal ini disebabkan karena ayah dengan keterlibatan pengasuhan yang tinggi mampu untuk meningkatkan kemampuan anak pada berbagai dimensi tumbuh kembang anak.

Perlunya interaksi positif antara ayah dan anak

Sebuah survei yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2015 menunjukkan bahwa peran ayah dalam pendidikan anak masih rendah. Kualitas pengasuhan anak oleh ayah hanya berkisar 3,8 dari 5. Rendahnya kualitas pengasuhan dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya sosok ayah dalam pendidikan anak-anaknya. Secara kuantitas, waktu ayah bersama anak hanya 1 jam per hari. Alasan yang dikemukakan umumnya karena ayah sibuk bekerja atau berada jauh dari rumah. Padahal dengan kecanggihan teknologi saat ini, jarak dan kesibukan tentunya bukan halangan. Yang mungkin juga kita temui
saat ini, ada beberapa ayah yang setiap hari bersama anaknya tetapi kurang berinteraksi positif.

Contoh:
Seorang ayah bekerja di luar kota. Dia bisa memanfaatkan fasilitas video call dan telepon untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya di rumah. Menanyakan PR atau hanya sekadar menanyakan kegiatan anaknya di sekolah. Hal seperti ini akan sangat berharga bagi diri anak, terutama merasa diperhatikan.

Pengaruh kualitas dan kuantitas pengasuhan Ayah

Rendahnya kualitas dan kuantitas pengasuhan yang dilakukan Ayah terhadap anaknya mempengaruhi banyak hal. Bagaimanakah dampaknya terhadap diri anak jika ayah kurang berperan dalam pendidikan anaknya?

Sebuah riset menunjukkan hasil yang mencengangkan, seorang anak tanpa kehadiran ayah dalam kehidupannya akan : 63% anak akan mengalami masalah psikologi. Seperti sering merasa gelisah, suasana hati yang labil, fobia dan bahkan depresi. 56% memiliki daya tangkap di bawah rata-rata (pemahaman terhadap sesuatu hal rendah). 43% anak justru menjadi agresif terhadap orang tua bahkan orang lain.

Peran Ayah dalam pendidikan anaknya

Begitu pentingnya peran Ayah dalam pendidikan anaknya, sangat disayangkan jika seorang ayah tidak bisa hadir sebagai sosok yang dibutuhkan anak dalam tumbuh kembangnya. Secara spesifik bagaimana sebenarnya peran seorang ayah dalam pendidikan anak itu?

Kolaborasi Ibu dan Ayah dalam mendidik anaknya sangat diperlukan. Ibu adalah seorang pendidik terbaik, dan ayah adalah role model bagi anak-anaknya. Maka kita kadang heran, ibu sudah mendidik dengan penuh kasih sayang, anak masih berperilaku kurang baik, ternyata mereka melihat ayahnya melakukan hal-hal yang dilakukannya. Sebagai peniru, anak tentu belum memikirkan dampak dari perilakunya. Mereka hanya meniru, maka sebagai ayah kita harus berhati-hati.

Menurut praktisi pendidikan Najelaa Shihab, ada empat peranan ayah dalam keluarga:

1.    Player (teman bermain)

Sebagai player, ayah menjadi teman bermain bagi anak-anaknya. Permainan membuat anak merasa nyaman dan menjadi sarana membangun ikatan. Semakin sering ayah bermain dengan anak, biasanya semakin berkualitas mental anak.

2.    Teacher (sebagai pendidik dan pengasuh)

Seorang ayah yang baik juga harus bisa berperan sebagai guru. Guru itu berarti sumber pengetahuan anak. Peran penting ayah sebagai guru bukan hanya untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga untuk memelihara rasa keingintahuan anak. Bidang-bidang yang biasanya dikuasai Ayah dan lebih baik dari Ibu adalah pelajaran ABCD (Ally/sekutu, Boundaries/batas, Challenge/tantangan, Dreams/mimpi)

3.    Protector (pelindung)

Setiap ayah pasti memiliki naluri untuk melindungi anaknya sejak lahir. Tetapi fungsi Ayah sebagai pelindung bukan hanya itu. Justru yang terpenting adalah mengajarkan anak-anak untuk melindungi dirinya sendiri karena orang tua tidak mungkin Bersama mereka setiap waktu. Sebagai pelindung, Ayah perlu menjadi Spy, dalam arti berusaha mengenali dunia anak : mengetahui apa kesukaannya, apa yang dibencinya, teman-teman dekatnya, dan dunia yang ditekuni anak. Semakin ayah mengetahui dunia anak, semakin mudah menjalin komunikasi dan koneksi dengan mereka. Sebaliknya, semakin Ayah tidak mengetahui dan asing dengan dunia yang sedang disenangi anak, semakin jauh hubungan ayah dan anak.

4.    Partner (mitra)

Sebagai partner, fungsi ayah bukanlah mendukung ibu dalam pengasuhan anak, tetapi equal partner. Artinya Ayah memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dengan Ibu.

Sebagai partner, Ayah tidak boleh hanya berharap dan bergantung pada Ibu, tetapi juga terlibat aktif. Ayah juga memiliki hak untuk bermain bersama anak, tak hanya berfungsi sebagai “bad cop” untuk menakut-nakuti anak.

Karena Ayah dan Ibu adalah partner, maka peraturan rumah tangga pun perlu disepakati dan tidak boleh berseberangan. Ayah dan Ibu perlu punya suara sama. Jika Ayah mengatakan tidak, Ibu juga mengatakan yang sama. Demikian sebaliknya.

Bukan hanya itu, peran ayah dalam pendidikan anaknya meliputi:

1.    Pola asuh ayah mempengaruhi pola pikir, sikap, dan perilaku anak.

2.    Sosok ayah akan menghadirkan beberapa karakter terutama tentang tanggung jawab, kewibawaan, sikap sosial, empati, dan simpati.

3.    Sosok ayah merupakan motivator terbaik anak. Kehadirannya menjadi penyemangat tersendiri dalam diri anak.

4.    Kehadiran ayah akan memberikan rasa nyaman dan tenang.

5.    Sosok anak yang sebagai peniru terbaik bisa saja meniru ayahnya terutama dalam perilaku dan kegemaran.

Kehadiran ayah dalam kehidupan anak, ternyata punya makna yang besar sekali. Hal ini karena ayah mengambil peran yang berbeda dengan ibu dalam kehidupan anak:

1.    Kasih ibu bersifat tidak bersyarat sedangkan Cinta Ayah lebih bersifat kualitatif dan melekat pada performance anak.

2.    Ibu kuatir tentang bagaimana bayinya bisa bertahan hidup sedangkan Ayah berpikir bagaimana anaknya dapat menghadapi masa depan.

3.    Ibu men-disiplin anak-anak waktu demi waktu sedangkan Ayah mendisplin anak dengan peraturan.

4.    Dari ibu, anak belajar segi emosinya sedangkan dari Ayah, anak belajar untuk hidup di tengah masyarakat.

5.    Ibu memberitahukan anak-anak untuk hati-hati ini dan itu didalam bermain sedangkan Ayah justru mendorong anak untuk berani mencoba sesuatu yang baru.

Jadi, dari keberbedaan kualitatif antara apa yang dilakukan Ibu dan Ayah terhadap anaknya tersebut di atas, menunjukkan betapa pentingnya kehadiran Ayah di tengah-tengah anaknya. Buku “Five Key Habits of Smart Dads” menunjukkan riset yang dilakukan terhadap anak-anak yang dibesarkan tanpa adanya peran ayah di tengah kehidupannya cenderung mempunyai beberapa kekurangan psikologis antara lain berupa:

1.    Kepercayaan diri sendiri yang rendah.

2.    Tidak mempunyai kepedulian sosial yang baik.

3.    Sulit untuk menyesuaikan diri untuk keadaan tertentu.

4.    Resiko yang lebih tinggi untuk perkembangan masalah psiko-seksual.

Hal yang bisa dilakukan Ayah

Melihat pentingnya peranan ayah dalam keluarga terutama dalam pendidikan anak, bagaimana seharusnya atau apa yang perlu dihimbau kepada ayah saat ini?

Ada sisi yang bisa saja tidak dimiliki seorang ibu untuk anaknya ketika berkomunikasi. Karena itu sosok ayah haruslah bisa membangun komunikasi yang baik. Harapannya bahwa sosok ayah bisa mengenali sisi emosi yang besar terhadap anak. Maka dari itu sosok ayah harus juga bisa mengendalikan emosi yang besar dalam dirinya untuk menghadapi anak dengan berbagai macam masalah yang ada. Jangan mudah untuk ringan tangan atau memukul, manfaatkan keadaan emosi yang besar agar bisa mengenali sisi emosi anak. Membantu anak lebih percaya diri, menanamkan nilai-nilai hidup, dan memberikan nilai-nilai sosial.

Dalam membangun kecerdasan emosional anak, peran ayah juga sangat diharapkan. Komunikasi yang terjalin dengan baik bisa memberikan manfaat yang baik terhadap anak.

Menurut (Ayah Irwan Rinaldi-penggiat keayahan), mendekatkan diri pada anak dapat dilakukan oleh Ayah dengan beberapa cara berikut:

1.    Meluangkan waktu yang cukup untuk keluarga.

2.    Bermain dengan anak.

3.    Memberikan keteladanan dengan bijaksana.

4.    Mengakui kesalaha, meminta maaf dan mengucapkan terima kasih kepada anak.

5.    Menjadi penyemangat dan pendukung anak.

6.    Menjadi pendengar yang baik jika anak mengutarakan permasalahannya.

7.    Menghindari Tindakan kasar yang merugikan fisik dan psikologi anak.

8.    Mengajak anak untuk berolahraga dan tamasya.

9.    Kenali siapa teman anak anda.

10.    Mendidik anak lewat permainan dan tanya jawab.

 

#penulis adalah Mahasiswa S2 Pendidikan Biologi FKIP UNMUL Angkatan 2022

 

Selamat Datang di Blog Saya


Assalamualaikum Wr. Wb.

Perkenalkan Nama saya Lasih,S.Pd. Saat ini saya bertugas di SMK Negeri 3 Tenggarong sebagai Pengajar Mata Pelajaran IPA. 

Tujuan saya membuat blog ini adalah memberikan pemahaman tentang pendidikan, kehidupan keluarga dan masyarakat.

Wassalamualaikum wr. wb..


 

PERAN AYAH DALAM PENDIDIKAN ANAK

ilustrasi : ayah dan anak Selama beberapa tahun terakhir peran Ayah sebagai pemimpin keluarga semakin luntur dengan padatnya kegiatan untuk ...